Aku adalah aku. Aku hanyalah seorang anak manusia biasa yang dilahirkan 18 tahun yang lalu. Ibuku mempunyai dua orang anak, yaitu aku dan kakakku. Beliau bekerja sebagai tukang cuci di suatu perumahan elit. Sedangkan ayahku sudah tidak bekerja, struk yang di deritanya selama bertahun-tahun membuatnya tidak bisa melakukan apa-apa. Aku sangat menyayangi orang tuaku terutama ibuku, aku amat sangat mencintai ibuku melebihi diriku sendiri.
Dari sudut pandang tetangga sekitar, aku dan keluargaku merupakan keluarga sederhana yang tampak begitu bahagia. Tapi pada kenyataannya tidak. Walaupun aku mempunyai keluarga tapi hari-hariku hanyalah ditemani oleh kesepian. Sepi dan hampa yang selalu ku rasa. Tetapi aku hanya bisa diam. Aku merasa tak ada kasih sayang yang ku dapat dari orang tuaku. Semua aktifitas di dalam kehidupan ku, aku sendiri yang melakukannya.
Pada suatu hari, kakakku melakukan perbuatan yang membuat orang tuaku sedih. Hatiku hancur melihat air mata ibuku menetes akibat ulah kakakku sendiri. Tapi kakakku tetap saja melakukan perbuatan itu berulang-ulang. Selama ini aku merasa bahwa ibuku lebih menyayangi kakakku daripada aku. Aku iri pada kakakku. Padahal selama ini ibuku lah yang seharian penuh membanting tulang untuk menghidupi keluargaku tapi mengapa dibalas dengan rasa kekecewaan yang teramat dalam oleh kakakku.
Berbulan-bulan sudah terlewati, tapi kelakuan kakakku tetap saja begitu. Meskipun begitu, ibuku tetap menyayangi kakakku, bahkan rasa sayang itu bertambah besar. Hal itu membuatku semakin iri. Padahal aku yang selalu berdoa untuk orang tuaku. Aku yang selalu membantu mereka. Aku yang selalu berusaha untuk menjadi anak yang berbakti. Aku yang selalu menahan rasa sakit di hati akibat perkataan kasar yang dilontarkan oleh ibuku untukku. Aku yang selalu mengalah. Tapi mengapa ibuku tega memperlakukanku begitu.
Hatiku benar-benar sakit, tapi aku mau menceritakan semua ini pada siapa??? Aku tak mau ada orang yang tahu penderitaan bathin yang kurasakan. Aku juga tak mau ibuku tahu apa yang kurasa. Kini aku hanya bisa bersabar menghadapi semuanya. Mungkin diam satu-satunya cara untuk membuat keadaan menjadi lebih baik.